cerpen
Hujan lebat tiba-tiba saja mengguyur deras, Risti yang tengah berjalan santai saat itu berlari terbirit-birit menghindari hujan, tapi sia-sia usahanya mencari tempat perlindunganpun tak ia temukan akhirnya ia memilih untuk menikmati hujan. Ia tengadahkan kepalanya keatas langit sehingga hujan berjatuhan kewajahnya dan dia lentangkan tangannya ditengah derasnya guyuran hujan. Tiba-tiba seseorang menariknya dan menyeretnya masuk kedalam mobil, dengan wajah kaget ia tak dapat melihat jelas orang tersebut dan ia baru bisa menyaksikan orang yang menyeretnya itu ketika ia di dalam mobil
“Indra?” tanyanya kaget ketika ia tau orang tersebut
“Kamu apa-apaan sih, malah hujan-hujanan kalau sakit gimana?” ungkapnya sedikit khawatir. Risti malah tersenyum menanggapi Indra “Kamu ini orang khawatir malah disenyumin” keluhnya
“Karena aku suka sama hujan, aku cinta sama hujan, dan aku ingin menikmati aroma air hujan yang begitu menyejukkan hatiku” jawabnya berpuisi
“Mulai deh, terus aku gimana?” tuntutnya
“Kamu juga” jawab Risti kalem sambil menatap sendu wajah orang terkasihnya itu
“Badan kamu basah kuyup pake jas aku nih” Indra menyodorkan jas yang sedang dikenakannya
“Makasih”
“Kamu dari mana sih? Kok gak pake kendaraan?”
“Aku bosan, aku pengen jalan kaki aja biar lebih sehat” jawabnya beralasan
“Kenapa gak telpon aku, udah gak butuh lagi sama aku?” Indra terus menuntut Risti dengan pertanyaan yang menurutnya konyol, baginya kata-kata itu hanya bisa diungkapkan untuk anak ABG yang sedang dilanda cinta
“Gak gitu sayang?” Risti membela dirinya
“Terus apa?”
“Kamu kan sibuk kerja, lagian ini juga bukan hal yang mendesak banget kamu tenang aja ya” jawabnya menenangkan kekasihnya yang merasa tidak dibutuhkannya. Walaupun begitu agak sedikit kesal namun Indra berusaha melupakannya
“Nah kita udah nyampe nih didepan rumah kamu” ungkap Indra
“Mampir?” ajak Risti
“Kapan-kapan aja ya, aku mau ada meeting” jawabnya
“Baiklah, hati-hati ya!” pesan Risti padanya, setelah berpamitan Indra memacu kendaraanya keluar dari halaman rumah Risti dan menuju ke Café tempat meetingnya dengan beberapa klien .
Sambil mengemudi ia mencoba memikirkan hubungannya dengan Risti yang masih seperti itu saja, dan belum ada pembicaraan kearah yang lebih serius lagi, padahal mereka berpacaran sudah sangat lama sekali mungkin hampir tujuh sampai delapan tahun, keduanya mulai menjalin hubungan itu ketika keduanya masih duduk dibangku SMA dan berlanjut ke bangku kuliah dan akhirnya mereka memiliki pekerjaan masing-masing. Indra ada keinginan untuk membawa hubungannya kearah yang lebih serius, karena mereka sudah bukan remaja lagi mereka sudah sama-sama dewasa, namun terbersit dalam benaknya apakah benar bahwa Ristilah wanita yang cocok menjadi pasangan hidupnya kelak?, mengapa hatinya menjadi ragu malah ia meragukan apakah Risti memang jodohnya.
Tak terasa ia sudah sampai di café yang ditujunya melihat ia agak sedikit terlambat Indra agak mempercepat jalannya dan ketika sampai di pintu café ia tidak melihat orang yang ternyata akan keluar dari café, sampai akhirnya keduanya bertabrakan dan hampir saja wanita itu jatuh karena sudukannya
“Owh sorry” dengan agak sedikit terburu-buru Indra meminta maaf pada wanita itu
“Ok gak apa-apa, lain kali ati-ati ya kalo jalan?” pesannya
“Ya, makasih” ungkapnya sambil berlalu kedalam café.
Dan pertemuan Indra dengan wanita itu tidak berhenti hanya di café saja, saat itu hari minggu, Indra berjalan sendirian ke Mall karena ingin membeli hadiah untuk Risti di hari ulang tahunnya nanti, ia masuk ke toko perhiasan bingung memilih perhiasan mana yang harus diambilnya sampai akhirnya dia bertabrakan lagi dengan wanita yang tempo hari di café
“Ya ampun” keluh wanita itu agak sedikit kesal
“Maaf ya” ungkapnya dan ketika Indra mempertahikan wajahnya sepertinya mereka pernah bertemu
“Eh, lo lagi” ungkap wanita itu
“Eh, aduh maaf ya” ungkap Indra malu
“Hobi banget ya nabrak orang?” ledeknya
“Baiklah, gimana kalau aku traktir minum sebagai ungkapan maaf aku sama kamu?” Tawar Indra
“Boleh juga” wanita itu menyanggupinya. Disanalah Indra mulai mengenal sosok Deva, gadis yang menyenangkan, energik, dan sangat enjoy. Wajahnya selalu dihiasi dengan tawa, mengenal Deva, Indra merasakan menemukan penyegaran, ia merasa menjadi diri yang baru, jika bersama Deva Indra selalu riang, ia selalu tersenyum.
“Kamu asik juga diajak ngobrol” puji Indra
“Alah biasa aja lagi, gw emang gini orangnya” jawab Deva merendah. Tiba-tiba Indra melongok jam tangannya, waktunya untuk pergi kerumah Risti namun hatinya masih bimbang ia tidak ingin meninggalkan Deva begitu saja, ia tidak ingin melewatkah hari yang menyenangkan ini, padahal baru sehari kenal dengannya tapi ia merasa telah lama kenal dengan Deva.
“Ris, aku kayaknya gak bisa main kerumah hari ini, soalnya ada urusan sedikit” Indra mengirimkan sebuah pesan singkat kepada Risti
“Eh kayaknya lo ada urusan lain ya?” tanya Deva yang melihat gelagat Indra berubah tidak seperti tadi yang kelihatannya begitu enjoy
“Ah enggak ko, oh ya pembicaraan kita sampai mana tadi?”
“Udah sampai Hongkong” jawab Deva asal
“Dasar kamu ini, bisa aja ngelesnya” Deva malah cengar-cengir.
Tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun pada Indra ia membalas pesan Indra dengan perasaan tenang dan penuh pengertian
“Ya udah gak apa-apa, hati-hati ya” jawab Risti dalam pesannya. Tawa Indra tertahan ketika mendengar bunyi SMS handphonenya
“Bentar ya” ungkap Indra, dan ketika membaca pesan Risti ia merasa bersalah karena telah berbohong pada wanita itu, dan perasaannya mulai tak tenang
“Lo ada masalah?” tanya Deva seolah tau apa yang ada dalam isi hatinya
“Enggak” elaknya. Indra akhirnya mengajak Deva untuk beranjak dari café dan mencari tempat lain yang lebih asik dan lebih menarik.
Disisi lain Risti tengah duduk santai sambil mengotak-atik laptopnya sambil melihat-lihat photo-photonya bersama Indra, entah mengapa tiba-tiba saja ia ingin melihat dan mengulang kembali kenangannya bersama Indra, terbersit rasa rindu yang begitu dalam dihatinya.
“Indra gak kesini hari ini?” tanya sang ibu yang tiba-tiba muncul
“Eh bunda, enggak dia sibuk katanya ada urusan”
“Bunda khawatir dengan hubungan kalian” ungkap sang ibu
“Bunda, bunda tenang aja ya! Bunda doain kita aja” ungkap Risti bijak
“Bunda merasa sepertinya Indra mulai bosan nak”
“Bun, aku yakin Indra gak seperti itu, bunda percaya sama aku ya” Risti mencoba menghilangkan kegelisahan ibunya, walaupun dilubuk hatinya yang paling dalam iapun merasakan kekhawatiran yang sama, karena sudah sejauh ini namun belum ada kata-kata serius yang timbul dari mulut Indra.
Semenjak mengenal Deva, sikap Indra memang agak sedikit berubah, tapi Risti adalah Risti, entah karena terlalu cinta atau memang ia tidak punya prasangkan buruk terhadap Indra, ketika Indra sedang bersamanya tapi dia malah asik SMS, Risti tak memberikan komentar apapun terhadapnya hanya sekali bertanya dan setelah itu tidak ia ungkit lagi.
“Kamu kayaknya sibuk ya?” tanya Risti
“Kenapa tadi?” tanya Indra tak memperhatikan kata-kata kekasihnya
“Kalau memang lagi sibuk mendingan diselesaikan aja” ungkapnya lembut, Indra tersipu malu dengan kata-kata Risti tadi
“Kamu marah ya?”
“Enggak, kalau kamu lagi sibuk mendingan urusannya diselesaikan aja, daripada keganggu nanti” ungkapnya
“Enggak sayang” jawabnya, tiba-tiba saja Indra memeluk erat Risti dan mengucapkan kata maaf dalam hatinya
“Kamu kenapa sih, gak biasanya kaya gini?” Risti dilanda penasaran
“Gak apa-apa, ya udah aku pulang dulu ya” setelah memeluknya, Indra langsung berpamitan dan langsung pergi menemui Deva.
“Kamu berubah sekarang, kamu bukan Indra yang aku kenal lagi, kamu sudah menjadi orang lain sekarang” lirihnya dalam hati.
Semenjak Indra mengenal Deva, komunikasi keduanya semakin jarang, apalagi ditambah Risti yang memiliki kesibukan yang luar biasa di tempat kerjanya. Jika dengan Risti dia selalu tidak bisa menyempatkan waktu untuk bertemu tapi dengan Deva selalu ada waktu untuknya mereka lebih sering bertemu dan lebih dekat dari sebelumnya. Suatu hari Risti pernah memergoki Indra di café bersama Deva keduanya tengah berkelakar dan Risti menghampiri meja Indra
“Kamu disini, lagi apa?” tanya Risti yang sebenarnya sedang menggu klien
“Ini nih lagi ketemu temen” jawab Indra menyembunyikan rasa kagetnya
“Owh gitu ya” belum juga Risti mengenalkan dirinya tiba-tiba ia dihubungi kliennya kalau dia sudah datang, dan Indra merasa sangat lega sekali. Setelah berpamitan Risti pergi meninggalkan Indra dan juga Deva.
“Bun, aku tadi ketemu Indra di café lagi sama perempuan”
“Siapa?” tanya sang ibu mulai penasaran
“Katanya temannya sih”
“Kamu harus hati-hati” saran sang ibu
“Enggak bun, Indra gak mungkin melakukan hal itu” Risti tetap pada pendiriannya, ia merasa hanya dirinyalah yang paling tahu siapa Indra, hubungan yang telah lama itu memang membuat kepercayaannya terhadap Indra sangat besar, tapi Indra adalah manusia biasa dia bisa melakukan khilaf dan kekhilafannya saat ini adalah ia begitu dekat dan akrab dengan Deva.
Sikap Risti yang mandiri kadang membuat Indra merasa tidak berguna sebagai seorang kekasih, dan banyaknya perbedaan cara pandang dan juga kegemaran kadang membuat Indra bosan juga, tapi rasa cintanya pada Risti bisa mengatasi itu semua, namun kehadiran Deva membuatnya bimbang dan ragu, banyak kesamaan, satu hoby dan dekat dengan Deva membuatnya merasa nyaman dan hari-harinya begitu berwarna.
Malam itu Risti merasa galau hatinya, ia merindukan hujan, ia ingin menghirup harumnya hujan. Hatinya begitu galau ia ingin menenangkah pikirannya, Risti berjalan keluar rumah sendirian dengan telanjang kaki dan setetes demi setetes hujan turun dari langit dan lama-lama membasahi tubuhnya. Ketika itu ia merasakan ketenangan. Ia terus berdiri tegak dengan melentangkan tangannya dengan kepala menengadahkan kepala dan menutup matanya.
“Nak” lirih sang ibu. Pelan-pelan Risti membuka matanya samar-samar ia melihat sosok ibunya yang bersimbah air mata dan juga ada adik dan juga ayahnya mengelilinginya
“Aku dimana bun?” tanyanya lemah
“Kamu dirumah sakit sayang, tadi kamu pingsan kehujanan” jawab sang ibu.
“Kamu kenapa sayang, kamu ada masalah?” tanya ayahnya khawatir
“Enggak yah, Cuma gak tau kenapa dada aku rasanya sakit banget dan aku ingin merasakan hujan” jelasnya
“Ayah udah menghubungi Indra tadi, tapi Handphone nya gak aktif sayang”
“Gak apa-apa yah, dia lagi sibuk akhir-akhir ini” ungkap Risti.
Begitu tau Risti sakit, Indra langsung pergi kerumah sakit dan menjenguknya, ia terus menyalahkan dirinya, sepanjang jalan menuju rumah sakit.
“Ris, gimana keadaan kamu?” tanya Indra khawatir
“Aku baik” jawab Risti lemah dengan tatapannya yang sayu
“Maafin aku ya, gak langsung datang” ungkapnya
“Enggak, justru aku yang minta maaf udah ngerepotin kamu, kenapa kesini bukannya lagi sibuk sekarang? aku gak apa-apa kok” ada sesuatu yang menusuk begitu dalam kedalam hati Indra. Begitu jahatnya kah dirinya sampai tega menduakan wanita seperti Risti. Untuk menebus rasa bersalahnya Indra menunggu Risti di rumah sakit sampai akhirnya dia sembuh dan diperbolehkan pulang. Dan selama ia bersama Risti tersimpan kerinduan yang sangat besar kepada sosok Deva.
“Kalau memang sudah gak ada lagi rasa cinta dihati kamu buatku, lebih baik jangan kamu teruskan semua ini, karena ini akan membuat kamu sakit” ungkap Risti tiba-tiba
“Apa sih maksud kamu?” Indra mengelak
“Sepertinya cinta itu udah gak ada lagi buat aku Ndra, aku gak mau membebani hati kamu untuk memilih, kalau kamu memang memiliki cinta yang lain dan itu membuat kamu lebih nyaman daripada bersamaku, kita akhiri aja semua ini” ungkap Risti tiba-tiba seolah mengetahui apa yang terjadinya padanya, hatinya memang tengah bimbang tapi bukan ini juga keputusan yang diinginkannya, dia tidak ingin ada siapapun terluka. Mendengar pernyataan Risti tiba-tiba dadanya begitu sesak dan ia tak mampu berkata-kata.
“Aku….. aku ……” ungkapnya terbata-bata ingin mengungkapkan sesuatu namun tak sempat ia utarakan karena Risti mendahuluinya
“Aku gak apa-apa kok, maaf kalau selama ini kamu gak pernah merasakan kebahagiaan bersamaku” ungkap gadis itu yang terlihat begitu tegar dan kuat, tak setetespun air mata mengalir dipipinya. Dan setelah itu dia pergi meninggalkan Indra dalam kebisuannya dan juga dalam rasa sesalnya.
Risti memang gadis yang tak mudah meneteskan air mata, tapi masalahnya kali ini membuat dadanya begitu sesak dan hatinya begitu sakit teriris-iris ia tak dapat membendung lagi air mata yang sudah mulai menganak sungai di bawah kelopak matanya. Ia berharap bisa menata hidupnya yang baru tanpa seorang Indra lagi. Kelembutan hatinya tak membuatnya menjadi seorang wanita yang lemah dan mudah terjatuh walau bagaimanapun ia harus tetap menatap masa depan.
Namu keadaan sebaliknya terjadi pada Indra, mengapa selama ia masih bersama Risti ia begitu menikmati hubungannya dengan Deva, namun setelah Risti memutuskan untuk berpisah darinya ia merasa kehilangan, ia merasakan sakit, ia merasa tak memiliki semangat hidup lagi.
“Lo kenapa sob?” Salim menghampiri meja Indra
“Gw nyesel banget udah menyia-nyiakan Risti” jawabnya penuh sesal
“Penyesalan mah gak datang di awal sob”
“Gw heran Risti tau dari mana ya?”
“Ah lo gimana sih gak kenal ama pacar sendiri, eh si Risti itu perasaannya kuat banget lho”ungkap Salim yang juga teman Risti dari semenjak SMA.
Semenjak hubungannya putus dengan Risti, Indra akhirnya mencoba menata hatinya kembali dengan mencoba melupakan semuanya dan memulainya bersama Deva, namun kenangan masa lalu bersama Risti selalu menghantui dan membayang-bayanginya. Bagaimana keras dan gigihnya ia berjuang untuk mendapatkan seorang gadis yang terkenal dingin kepada pria sampai akhirnya dia bisa mendapatkan cintanya dan kini dia menyia-nyiakannya karena orang lain. Dan setelah ia kehilangan Risti barulah ia sadar bahwa ternyata dialah wanita yang diinginkannya. Namun maukah Risti menerimanya kembali, apakah kali ini ia pun akan susah mendapatkannya sama seperti saat pertama kali?
“Lo kenapa sih sekarang banyak ngelamunnya?” protes Deva
“Dev, gw seneng banget bisa kenal ama lo, bisa deket ama lo” ujarnya
“Ya Ndra, gw juga seneng bisa kenal ama lo, dan gak tau kenapa gw jadi mulai suka sama lo, ada perasaan lain dalam hati gw Ndra” ungkap Deva to the point , Deva orang yang sangat terus terang dalam mengungkapkan sesuatu dan Indra memang menyukai tipe wanita seperti Deva.
“Dev, gw mau terus-terang sama lo tentang satu hal yang gak lo tau dari gw” ungkap Indra tiba-tiba dan membuat kening Deva berkerut
“Apa itu?, lo jatuh cinta sama gw ya?” goda Deva, walaupun itu ia utarakan dengan candaan namun dari lubuk hatinya yang paling dalam Deva berharap bahwa Indra benar-benar mencintainya. Insinden tabrakan itu mengukir kenangan tersendiri dihati Deva, dan sikap Indra yang juga asik dan enjoy membuat Deva semakin tak kuasa membendung perasaannya. Dengan sunggingan senyum di ujung bibir Indra dia mulai menjawab dan menjelaskan semuanya.
“Gw Kira, lo orang yang selama ini gw nantikan Dev, tapi ternyata Ristilah orangnya” papar Indra setelah menjelaskan semua yang terjadi padanya.
“Gw juga udah tau kalau Risti pacar lo” aku Deva. Indra tertohok mendengar pengakuan Deva yang mengejutkannya
“Tau darimana lo?”
“Risti temenan sama sepupu gw Nadia, gw pernah liat dia main kerumah, tapi Risti emang gak kenal gw, dan gw tau dari Nadia kalau Risti pacaran sama lo, karena photo lo berdua ada di Handphone saudara gw”
“Oke Dev, gw gak mau memperpanjang masalah ini, mungkin kita lebih baik berteman. Gw lebih nyaman temenan sama lo Dev” ungkap Indra
“Oke, gw terima itu, dan gw minta maaf sama lo” dengan berat hari Deva harus menelan kenyataan pahit, ia tidak bisa memiliki Indra dan ia harus puas hanya sebagai teman saja bagi Indra.
“Makasih atas pengertian lo”
“Mudah-mudahan Risti bisa nerima lo kembali”
“Makasih ya, gw mau kerumah Risti, hari ini, hari ulang tahun dia, gw mau memulainya dari awal” ungkap Indra sambil pergi meninggalkan Deva di café tempat mereka biasa bertemu.
Walaupun sangat kecil harapan bagi Indra agar Risti mau menerimanya kembali, namun ia akan tetap datang kerumah Risti dan akan memulainya dari awal. Ia akan menerima apapun yang akan dilakukan Risti terhadapnya, karena ia pantas menerimanya. Begitu sampai di depan rumah Risti, suasan begitu sepi, ia mengira kalau akan ada pesta besar karena ini hari ulang tahun Risti. Sudah hampir dua bulan dia tidak pernah bertemu dan berkomunikasi dengan Risti sama sekali. Indra memencet bel rumah Risti. Dan dibuka oleh ibunya
“Indra?” tanya sang ibu yang terlihat agak sedikit kaget
“Iya tante, Ristinya ada?” Tanya Indra sungkan
“Risti dirumah sakit” jawab sang ibu, Indra kaget mendengar jawaban ibunya Risti. Tanpa pikir panjang dia langsung menyusul Risti kerumah sakit bersama Ibunya Risti.
Begitu sampai ia melihat tubuh Risti terbaring lemah tak berdaya, ayah dan juga adiknya kaget melihat kedatangan Indra kerumah sakit. Ternyata mereka tidak tau kalau Risti dan Indra sudah lama berpisah, dan mereka baru tau setelah Risti terbangun dari tidurnya, karena dia merasakan kedatangan Indra disampingnya
“Mau apa lagi?” Tanya Risti datar dan lemah, Indra mengenggam tangan Risti dan meminta maaf atas semua yang telah terjadi
“Maafin aku” ungkap Indra sambil memegang tangan Risti erat
“Maaf untuk apa?”
“Untuk semua kesalahan yang aku lakukan” jawabnya berharap
“Kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi kan?” ungkap Risti, dan membuat kedua orang tuanya terkejut
“Aku salah, aku salah sudah menyia-nyiakan kamu, ternyata gak ada satu wanitapun yang bisa menggantikan kamu, aku lemah tanpa kamu, aku jatuh tanpa kamu, aku sadar bahwa kamu sangat berarti buat aku, aku ingin memulainya dari awal Ris” ungkap Indra membujuk RIsti berharap ia bisa menerimanya kembali
“Aku sudah memaafkan kamu, tapi dengan apa aku harus percaya lagi sama kamu?” tanya Risti lemas. Tiba-tiba Indra mengeluarkan sebuah kotak dari saku celananya dan kejutan Indra membuat kedua orang tua Risti terkejut “Dengan ini aku akan membuatmu percaya lagi padaku, aku ingin kamu menjadi bagian dari hidupku selamanya, jika kamu menerima aku lagi, ambil cincin ini, namun jika kamu menolak ku buang cinci ini” ungkapnya lagi sambil menyodorkan sebuah cincin, tanda lamaran yang selama ini Risti nantikan, namun disaat sakit seperti itu haruskah dengan mudahnya Risti menerima Indra kembali? Pertnyaan dalam hatinya itu menjadi sebuah dilema besar dalam hatinya. Tapi Risti adalah Risti sikapnya yang dingin terhadap pria memang bertolak belakang dengan hati dan sikapnya yang lembut, dan satu hal yang selalu dipegang teguh Risti, ia selalu mengikuti hati kecilnya, dan hati kecilnya berbicara bahwa dia harus menerima Indra kembali.
“Bagaimana?” tanya Indra penuh harap, hatinya berdegup kencang dan tubuhnya panas dingin menunggu jawaban Risti, dan ia sudah menyiapkan hatinya untuk ditolak kembali oleh Risti.
“Apapun keputusan kamu, kami akan selalu mendukung kamu nak?” ungkap kedua orang tua Risti memberikan support kepada anak gadisnya yang tengah sakit.
“Aku hitung sampai lima, jika kamu tidak mengambilnya, aku akan pergi dari sini” ungkap Indra karena lelah menunggu kepastian dari Risti. “Satu………….., dua……………, tiga………..empat,……………….. lima” hitungan Indra selesai dan tak ada reaksi apapun dari Risti, dan dengan besar hati Indra memenuhi janjinya untuk pergi dari ruangan rawat Risti. Setelah berpamitan kepada kedua orang tua Risti dan juga adiknya ia beranjak pergi. Baru saja Indra membuka pintu Risti tiba-tiba memanggilnya
“Indra!” indra menoleh kebelakang
“Ya” Jawabnya tak berharap banyak
“Mana cincin itu, aku ingin mencobanya, pas atau tidak dijariku? Biasanya kamu kalau belikan aku cincin selalu kebesaran” ledeknya pada Indra. Hatinya yang mendung tadi berubah menjadi berseri-seri, dengan cepat ia kembali ke dan menyematkan cincin itu dijari Risti, dengan malu-malu. Dan Indra memeluknya erat.
- SELESAI -
Langganan:
Postingan (Atom)